10 Menit Dalam Satu Ketukan
Tidak akan muncul seorang Gonawan
Muhammad dalam ranah penulisan di Indonesia, jika awalnya dia tidak menghargai
10 menit dalam hidupnya. Pramoedya menghargai waktu paginya dengan membakar
sampah dan membiarkan alam pikirnya terbawa pada asap-asap sambap yang
membumbung pergi ke udara dan terhirup paru-paru. Walaupun dalam perlarian, Tan
Malaka masih menyisihkan waktunya untuk menuliskan risalah-risalahnya dalam
persembunyian.
Begitulah para penulis Indonesia
menghargai waktu 10 menit mereka untuk memulai menulis. Aku mendapatkan gagasan
baru tentang penulisan bebas setelah kemarin, berbincang dengan para wartawan
dari Jakarta Post. Mereka memberikan pelajaran tentang menyisihkan waktu dalam
sehari untuk 10 menit menulis. Aku pikir, 10 menit bukanlah waktu lama, seumur
dengan satu batang rokok yang setiap hari ku hisap.
Bayangkan, jika setiap hari aku
menghabiskan 18 batang rokok, itu artinya ada 180 menit atau kurang lebih 3 jam
menulis. Jika dalam 10 menit pertama aku dapat menuliskan sebuah pemikiran
bebas sepanjang setengah halaman, maka dalam 180 menit aku dapat menuliskan
sekitar 18 halaman.
Waw!!! Menulis sekitar dalam 18
halaman, bukanlah perkara gampang. Seorang Goenawan Muhammad, dia menulis dalam
3 lembar catatan pinggir dalam seminggu. Artinya, siapa saja dapat menjadi atau
melebihi tulisan catatan pinggir GM jika dia dapat memberikan waktu bagi
tanganya untuk bergerak. Hanya 10 menit dalam sehari.
Menulis memang butuh latihan,
kita dianjurkan untuk terus melatihnya dan mengharmoniskan antara berfikir dan berhayal.
Ini, merupakan penulisan bebasku yang bertama, dan aku yakin, akan kuteruskan
pada tulisan-tulisan selanjutnya.
Jakarta, 4 desember 2010.
0 komentar:
Posting Komentar